Belajar dari Google

Larry Page and Sergey Brin
photo: oceanblueworld
Seorang filsuf besar Sir Francis Bacon pernah berkata, “ mereka yang memulai aktivitas dengan penuh keyakinan boleh jadi di tengah jalan akan gagal tersandung keraguan. Sebaliknya, mereka yang memulai dengan keraguan bukan tak mungkin di tengah jalan bakal mendapat pencerahan.” Persoalan kesuksesan berikut kegagalan adalah hal yang niscaya pada perjalanan hidup manusia. Pada setiap hasil akhir terselip rekaman proses yang sangat berarti sebagai sebuah pelajaran. Pada proses menuju pencapaian terkadang menampilkan kisah yang menarik untuk direnungkan.

Larry Page yang pada saat itu “kerasukan” ide gila menyempurnakan kinerja situs pencari informasi dengan menyortir urutan data sehingga tersusun secara berurutan dari tingkat kepentingan tinggi sampai dengan tingkat kepentingan rendah. Bahkan Larry Page mengklaim sanggup mendownload seluruh website yang ada di jagad maya ke dalam komputernya dalam waktu singkat. Ucapan yang pada saat itu disambut dengan geleng-geleng kepala para dosen. Mustahil.

Ungkapan ketidakpercayaan dosennya diikuti banyak orang bahkan ketika Google sudah meraja dengan puluhan juta pencarian saban hari entah itu menggunakan Google berbahasa Yunani, Latin, Gaelic, Hindi, Ukraina, Urdu, Kroasia, Ceko, Esperanto, Persia, Portugis, Norwegia, Swedia, Spanyol, Swahili, Thai, Melayu, Maltese, China, jepang, Tagalog, Basque, Eslandia, Italia, Indonesia, belanda, Denmark, Zulu, Korea, Wales, Jerman, Prancis, Arab, Ibrani, Latvia, Lithuania, Romania, Slovenia, Rusia, Finlandia, dan Inggris. Masih banyak yang tak habis pikir. Bisa-bisanya.

Sosok yang selalu mendukung Larry Page adalah Sergey Brin, seorang jagoan matematika. Dua sahabat ini pantang mundur mewujudkan mimpi meski kendala dana menguntit. Teori yang mereka gunakan dalam menyempurnakan situs pencarian adalah sistem page rank. Jumlah link yang menunjuk ke sebuah situs web merupakan salah satu cara untuk memeringkat popularitas sebuah situs. Artinya, situs yang lebih banyak dirujuk boleh dianggap lebih penting ketimbang situs-situs yang punya sedikit rujukan.

foto:thetechnews
Pada tahun 1997 Page meluncurkan mesin pencari primitif bernama Back Rub, yang berguna untuk mencari dan mengumpulkan informasi di internet, berupa link-link yang disusun berdasarkan prioritas keterkaitan. Namun, Brin dan Page kemudian mengganti nama BackRub yang dinilai kurang oke. Muncullah nama Sean Anderson dan kemudian berganti lagi menjadi Googolplex. Duo sahabat pun kompak memakai nama itu. Namun, ketika mendaftarkannya, yang tertulis justru Google. Ternyata Larry salah mengetikan googol menjadi google. Apa boleh buat.

Langkah Page dan Brin setelah mendaftarkan Google adalah menemui Paul Flaherty dari Altavista untuk menjual page rank mereka. Namun, perusahaan induk Altavista menolak. Page dan Brin kemudian menawarkannya pada Excite.Tapi lagi-lagi ditolak. Mereka mulai putus asa, ketika penolakan datang juga dari Yahoo. Akan tetapi kemudian, salah seorang pendiri Yahoo menyarankan Brin dan Page mendirikan perusahaan sendiri. Di tengah badai keterputusasaan itulah mereka sepakat untuk tidak menawarkan page rank pada pihak ketiga. Mereka sepakat berjuang menyempurnakan Google.

Dalam perkembangan Google ,Page dan Brin mengalami situasi “mati segan “, hidup “pas-pasan”. Beruntung, oleh dosen mereka di Stanford, dua sahabat itu dipertemukan dengan Andy Bechtolsheim, raja komputer dan investor legendaris yang sudah terbukti sukses membantu sejumlah perusahaan baru. Bechtols terkesan dengan mereka. Dan hari itu juga dewi fortuna berada pada pihak Google. Bechtolsheim menulis cek senilai A$ 100.000 untuk Google. Google Inc pun berdiri resmi pada tanggal 7 September 1998.

Perlahan tapi pasti, modal Google semakin bertambah dan hebatnya lagi Google sanggup menembus daftar “Top 100 Websites and Search Engines” versi PC Magazine 1998. Akhir 1999, order pencarian yang dilayani Google mencapai tujuh juta per hari.

Penyempurnaan demi penyempurnaan termasuk keberhasilan memisahkan aspek pelayanan publik dan kebutuhan finansial membuat Google makin solid. Tercatat pada awal 2001 Google melayani 100 juta pencarian per hari atau 10.000 pencarian per detik. Untuk lebih memantapkan langkah, Page dan Brin menunjuk Erick Schmidt sebagai CEO. Tiga pilar Page, Brin dan Schmidt menangguhkan kinerja Google sebagai mesin pencari tercepat, termudah, dan terstruktur . Tugas Page adalah menangani hal-hal rinci dan teknis, sedang Brin lebih banyak menangani kultur perusahaan, karyawan dan memantau proyek-proyek potensial. Schmidt bertugas mengawasi operasional perusahaan, termasuk sistem akuntansi, keuangan dan sistem internal lainnya.


Sukses Google ternyata dibayangi berbagai cobaan, yang terberat adalah pada saat Google digugat Overture, anak perusahaan Yahoo. Google dituduh menjiplak sistem periklanan yang telah dipatenkan Overture. Masalah ini berhasil diselesaikan setelah Google memberi Yahoo kompensasi 2,7 juta saham. Selain itu cobaan yang lain adalah Google disebutkan pernah menerbitkan sejumlah saham dan opsi tanpa mendaftarkan saham atau hasil usahanya ke pemilik saham. Pasang surut perkembangan Google disikapi trio Page, Brin dan Schmidt dengan tegar, berani dan penuh kedewasaan.

Latar belakang Page dan Brin memang tak jauh-jauh dari dunia yang digelutinya. Ayah Brin, Michael Brin adalah seorang dosen Matematika yang menyelesaikan pendidikan pascasarjana pada usia 19 tahun dengan menyabet nilai A untuk sepuluh ujian penerimaan mahasiswa baru di program doctor Stanford University. Tak hanya bapaknya yang mewariskan bakat intelektualitas, ibunya, Eugenia Brin, adalah ilmuwan yang sukses di Goddart Space Flight Center milik NASA. Sedangkan ayah Larry Page adalah Carl Victor page, salah satu lulusan pertama program pascasarjana penerima gelar ilmu komputer dari University of Michigan. Sementara ibunya, Gloria Page adalah seorang konsultan data base dengan gelar master dalam bidang ilmu computer. Namun sayangnya, Carl meninggal pada usia 58 tahun, saat Larry Page baru menjalankan semester kedua di Stanford.



Sosok Page dan Brin adalah sosok yang tak seperti kacang lupa akan kulitnya. Mereka adalah pribadi-pribadi mengesankan yang selalu bersahaja. Perjalanan hidup membuktikan, ketika mereka berada di atas angin, mereka tetap hidup bebas dan tidak terjebak dunia gemerlap. Luar biasa.

Post a Comment

0 Comments